Author’s POV
“Oppa!!”gadis kecil itu dengan semangat memeluk’nya’ sementara ‘dia’ sendiri berjalan mendekati Siwon, Yuri, Yoona, dan Kibum yang ketakutan. ‘Dia’ adalah salah satu dari tengkorak-tengkorak itu.
Dan sekarang, tengkorak itu berubah dari tengkorak berwarna putih biasa menjadi tengkorak berwarna hijau pucat yang menegrikan, dengan dikelilingi asap berwarna hijau yang sama dan darah di sekitar lengannya. Mereka bersumpah tidak melihat bola mata apapun tadinya, namun sekarang 2 bola mata dengan pupil warna merah darah yang menonjol keluar bergantung nyaris putus di lubang yang memang seharusnya tempat bola mata itu.
Tengkorak itu berjalan perlahan mendekati mereka. Yoona, Siwon, Kibum, dan Yuri tidak bisa kemana-mana karena pintunya terkunci. Yoona memeluk Kibum dari belakang. Yuri menggenggam tangan Yoona erat dan para namja berdiri di depan, melindungi para yeoja. Lalu, tengkorak-tengkorak yang lainnya bergabung.
“O-oppa.. Aku takut..” desis Yoona. “Jangan khawatir. Aku ada disini” ujar Kibum. Tapi, mana mungkin mereka tidak khawatir? Para tengkorak itu semakin mendekat, dan tengkorak dengan warna hijau itu menarik pergelangan tangan yoona. “AAARGGH!” Yoona berteriak takut dan kaget.
“Oppa…lepaskan.. ayo pulang…” rengek gadis kecil itu sambil menarik-narik tangan tengkorak itu. Tapi, tengkorak itu mengabaikannya dan mendorongnya ke samping. “Berikan aku kuncinya…” ujarnya dengan suara yang aneh. Suaranya kering, sekering dedaunan musim gugur, tidak seperti orang hidup, dan meneyramkan, memberikan sensasi gemetaran mengaliri tubuh mereka.
“Kunci…kunci apa?” Kibum memberanikan diri untuk bertanya. “Kunci yang terakhir!” tengkorak itu berujar. “Kami.. kami tidak tau apa-apa.” kata Siwon. “Bohong!” geram tengkorak itu, membuat mereka semakin ketakutan. “Kam..kami.. t-tidak berb-boho..ng..” ujar Yuri dengan takut-takut.
Tengkorak-tengkorak itu mendekati mereka dan kemudian dengan cepat mereka telah dikelilingi oleh 3 tulang hidup. Tengkorak hijau itu mencengkram kerah baju Kibum. “Ki-kibum oppa!” teriak Yoona histeris. Tengkorak itu berhenti lalu menatapnya. Kesempatan ini dipakai Kibum untuk meloloskan diri dari cengkramannya dengan mudah. “Dari mana kau tau namaku?” tanyanya tanpa ekspresi.
“T-tunggu.. jadi.. kau Kibum?” tanya Kibum penasaran. Tengkorak itu mengangguk ragu. “Dia pasti Kim Kibum yang telah menulis surat itu” desis Kibum pelan pada teman-temannya. “Jadi.. apa yang harus kita lakukan?” tanya Yoona gugup.
“De-dengar…” ucap Kibum, mencoba berbicara pada tengkorak itu. “Kami… urrh.. juga mencari kunci-kunci itu. Mungkin kita… ngg… bisa… bekerja sama” ucap Kibum gugup. “Yah! Oppa! Apa kau gila?!” protes Yuri. Tengkorak itu menatap Kibum lekat-lekat. “Memang apa yang bisa kau lakukan? Aku sudah mencari-cari kunci itu selama 44 tahun!” geramnya. Mereka merinding, belum terbiasa mendengar suara seramnya itu.
“Le-lebih banyak.. lebih baik” gumam Kibum. Tengkorak itu menatapnya tajam dengan bola matanya yang menonjol itu. “tepat 4 tahun yang lalu, ada 2 orang pemuda yang berpikiran sama sepertimu. Tapi, mereka mengkhianatiku dan mencuri 3 kunci dariku. Kini aku harus mencari semuanya lagi” ujarnya kaku. “Kau tau apa yang terjadi pada mereka?” tanyanya dengan nada menyeramkan.
Kibum menelan ludahnya yang sedari tadi menggumpal di tenggorokannya. Dia menggeleng. “Itu… yang terjadi pada mereka!” tengkorak itu menggeram, menunjuk ke arah 2 tengkorak yang lain di belakangnya. Yuri dan Yoona berteriak ketakutan. “Jadi… kenapa aku harus percaya padamu?!” dia berseru sambil menyerang Kibum.
Pertamanya, Kibum berhasil bertahan. Tapi, kedua kalinya, tengkorak itu menonjok perutnya. “Urrrghhh…” Kibum mengerang kesakitan. “Kibum oppa!!” yoona berseru panik. Siwon membantunya berdiri dan membantunya.
Tapi, 2 tengkorak yang lain menahannya sehingga dia tidak bisa bergerak. Tengkorak yang bernama Kibum itu mencengkeram lengan kibum lalu dengan suara ‘krekk’ keras mematahkan lengannya seperti mematahkan sebatang ranting rapuh.
“Sial… bagaimana tulang-tulang bau ini bisa sekuat itu?” gumam Siwon. “Hm, itulah gunannya susu” ujar tengkorak itu sambil menyeringai, memperlihatkan giginya yang jelek dan hitam. “Kau tau, ada sebuah produk yang dinamakan pasta gigi” ucap Kibum disela erangannya. “Diam!” seru tengkorak itu sambil dengan bunyi ‘krakk’ yang lain mematahkan jari telujuk Kibum.
“Oppa….” Yoona tidak bisa melihatnya lagi lalu berlari menuju Kibum dan memeluknya erat. Sementara itu, gadis kecil itu menarik-narik tangan tengkorak itu. “Oppa… ayo pulang. Umma pasti khawatir” rengeknya dengan puppy eyes. “Sebentar, Cheun Ri-ah… oppa harus mencari kunci-kunci itu dulu” ujarnya.
Mereka semua terkejut mendengarnya. Masih ada kelembutan dalam suaranya namun, menakutkan. Itu bukan kelembutan yang membuat mereka bernapas lega, melainkan membuat mereka gemetaran. Karena, tidak ada harapan atau kebahagiaan dalam kelembutanya itu. Hanya ada keputusasaan dan kegelapan.
———————-
“O-oppa…” Sooyoung berbisik ketakutan. Dia bersembunyi di belakang Kyuhyun. “Noona… aku sudah menunggu lama” kata anak laki-laki itu. Dia mendekati mereka dengan tentakelnya. Suaranya manis dan lembut. “Gambar ini kubuat untukmu. Apa kau suka?” ucapnya sambil berusaha melihat ke arah sooyoung.
“M..mundur!” seru Kyuhyun sedikit takut, berusaha melindungi sooyoung. “Noona… akhirnya aku bisa bertemu denganmu” ujarnya, terus berjalan ke arah sooyoung. “Noona.. disini terlalu dingin. Aku tidak ingin disini lagi” ujarnya sedih. “Kalau begitu, pergi” gumam Kyuhyun. Tapi, anak laki-laki itu mengabaikannya dan terus saja mendekati sooyoung.
“Tapi aku tidak bisa pergi kemana-mana. Aku belum melakukan sesuatu yang harusnya kulakukan 80 tahun yang lalu.” ujarnya, masih terus berjalan ke arah mereka. Kini mereka sudah tidak bisa mundur lagi. Donghae dan Jessica di sisi lain ruangan, hanya menatap ke arah Kyuhyun dan Sooyoung karena anak laki-laki itu bahkan tidak melihat mereka yang sudah kabur dari tadi.
“Noona…” anak laki-laki itu semakin mendekatinya. Kyuhyun berdiri di depan sooyoung untuk melindunginya. “Gwenchana, Kyu..” kata sooyoung sambil berdiri di depan.
Kyuhyun bingung. “Tapi.. soo…” ujarnya, tapi Sooyoung memotongnya. “Apa yang kau inginkan?” tanyanya, berusaha untuk berani, mengabaikan air mata yang mulai terjatuh di pipinya. Mereka semua menatapnya dengan napas tertahan, takut dengan apa yang terjadi selanjutnya. Anak laki-laki itu tersenyum. “Noona… saranghae”.
Sooyoung sekarang mengerti. Lalu, dia melakukan sesuatu yang bahkan tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. Dia memeluk anak laki-laki itu. Walaupun dia sangat amat teramat takut, tapi dia memberanikan dirinya. “Kamsahaeyo” katanya. Anak laki-laki itu tersenyum manis dengan sangat lebar. Lalu, dia semakin transparan… dan akhirnya… hilang.
Kyuhyun menatapnya melongo. Bahkan Donghae dan Jessica menatapnya dengan tatapan kau-tidak-mungkin-melakukannya. “Apa….itu…?” Jessica bertanya, tidak yakin akan apa yang baru saja terjadi. Air mata sudah membasahi pipi sooyoung dan Kyuhyun mengelapnya.
“Anak laki-laki itu… aku mengerti sekarang. Dia tidak bisa peri ke…umm.. bagaimana mengatakannya yah… ‘tempatnya sendiri’… tempat yang seharusnya orang mati tempati… karena dia belum menyatakan perasaannya ke noona-nya yang.. mm… mirip aku?” jelas sooyoung saat tangisnya sudah reda.
“Aku memeluknya. Untuk mengangkat semua bebannya. Supaya dia bisa pergi… dengan damai” tambah sooyoung sambil tersenyum. Mereka semua terpana menatapnya. “Sooyoung… kau ini malaikat atau apa?” gumam Kyuhyun, tapi cukup keras untuk sooyoung dengar.
“Eeh?” pipi sooyoung memerah. “Woaah… kau hebat sooyoung!” seru Jessica sambil memeluknya. Dia tidak bisa menemukan kata-kata lain yang cocok. “Itu fantastik” ujar donghae sambil tersenyum.
“Well… Jessica… Ada sesuatu yang ingin kuberitahu padamu” ujar Donghae, berubah serius. “Tapi.. kita harus pergi seka-pfffft” Kyuhyun tidak bisa melanjutkan kata-katanya karena sooyoung sudah menutup mulutnya. “Diam! Biarkan saja. Aku yakin donghae oppa pasti mau menyatakan perasaannya” bisiknya.
“Tapi.. sekarang bukan waktu yang bagus! Aissh!” protes Kyuhyun. “Tidak ada waktu yang bagus oppa! Kalau kau menunggu-nunggu untuk menyatakan perasaanmu, kau akan seperti anak laki-laki itu. Menunggu untuk sesuatu yang tidak berguna. kau akan berakhir seperti itu” ujar sooyoung.
“Kau pikir seperti itu?” tanya Kyuhyun. Sooyoung mengangguk yakin. “Hm, kalau begitu… ada sesuatu yang ingin kukatakan” kata Kyuhyun, ingin memberi tahu sooyoung sesuatu yang penting. “Hm?” tanya sooyoung penasaran. Kyuhyun menghindari kontak mata dengannya. Sooyoung menunggunya tidak sabar.
“Aku… aku… aku menci… ci.. cin… ahh! lupakan! Aku lupa mau ngomong apa!” seru Kyuhyun frustasi. Sooyoung terlihat sedikit kecewa lalu melempar pandangan ke arah donghae dan Jessica.
“Waeyo?” tanya Jessica dengan dingin yang membuat donghae semakin gugup. “Oke, lee donghae. Kau sudah memutuskannya. Kau harus mengatakannya” ujar Donghae dalam hati. “Jessica Jung… saranghaeyo…” dia membisikkan kata terakhirnya. “Mwo? Aku tidak dengar” ucap Jessica. Sebenarnya, dia mendengarnya dengan sangat jelas.
“saranghae…” Donghae mengulang lagi dengan lebih kencang sedikit. “Yah! Oppa! Kau ini punya suara atau tidak sih?” protes Jessica. “Saranghae saranghae saranghae!! SARANGHAEYO JUNG SOO YEON!!!” seru donghae frustasi. Tapi kemudian teriakannya dipotong oleh ciuman lembut di bibirnya oleh Jessica.
Donghae terkejut, tapi kemudian menciumnya juga. Tapi, ciuman mereka tidak bisa bertahan lama. Kyuhyun berdeham. “Ehem.. mian mengganggu. Tapi, kita harus keluar dari sini sekarang juga” ujar Kyuhyun. Dia bisa membuka pintunya dengan mudah sekarang.
Donghae dan Jessica hanya tersenyum malu lalu berjalan keluar. “Aish.. Lee Donghae. Kau tidak tau waktu yang tepat untuk menyatakan perasaan yah? Di tengah malam di tengah ruang kelas yang horor. Ckckck” ujar Jessica.
“Tidak ada waktu yang teoat Sica… aku tidak mau menyesal seperti ank laki-laki itu. Memangnya kau mau aku jadi hantu selama 80 tahun, menunggu seseorang yang mirip denganmu datang?” ujar Donghae polos. “Awww… cute and innocent boy” ujar Jessica dalam bahasa inggris (tau deh Sica unnie, yang inggrisnya bagus~~ authorapabangetdeh) sambil mencubit pipi donghae pelan.
“Jadi… aku anggap itu debagai ‘iya’?” tanya donghae penuh harap. “Iya untuk apa? Kau bahkan tidak bertanya apa aku mau menjadi yeoja chingumu” protes Jessica. “Jessica Jung… maukah kau menjadi yeoja chinguku?” tanya donghae serius. “Paboya! Tentu saja~~” ujar Jessica sambil tersenyum.
“Woaah donghae oppa, kau sudah mencairkan es-nya~” goda sooyoung. Mereka semua tertawa. Bukan karena lelucon sooyoung, tapi lebih karena mereka lega bisa selamat keluar dari ruang kelas itu. Mungkin, nasib teman-teman mereka tidak seberuntung mereka~
miaaaaan reader2ku sayang , author update nya lama.
author pabo pabo pabo!! naega cham pabo gatjyo >.<
abis… author nemu fanfic di SSF banyak bnget trus ketagihan deh~
udah tau deh… ff di SSF tuh ceritanya patut diacu