Archive for February 25, 2011

Ini dia… Oneshoot untuk Siwon. Berhubung di Story at Seoul dongsaeng-dongsaengnya, Sooyoung dan Minho udah punya pasangan, author bikin nih spesial untuk Siwon. Siapa couple-nya? Yup! Our Goddess, Im Yoona!

Siwon POV

Inilah aku, Choi Siwon. Berdiri di depan sekolah kesayanganku, Seoul School, sekolah terbaik di Seoul. Aku mendahului adik-adikku masuk ke sekolah. Sifat kasar adikku, Minho sudah sangat berkurang, sejak dia berpacaran dengan Yuri. Ternyata dia tidak sekuat yang kukira. Begitu mudah rapuh hanya karena cinta. Tapi, aku tidak akan seperti dia. Cinta itu menurutku tidak penting.

BRUKK! Ada yang menabrakku dari belakang. Hei! Ada yang berani menabrakku? Dengan sinis, aku menengok ke belakang, ke arah seorang yeoja yang menabrakku. “Ya! Jangan mengotoriku dengan menabrakku!” seruku marah padanya.

“Mwo? Mengotorimu? Maaf maaf saja, tapi aku yang kotor gara-gara menabrakmu!” serunya balik. Aku terkejut. Orang ini…. menyebalkan sekali! Hmm, aku mengenalinya. Dia ini Im Yoona, murid yang baru 3 hari yang lalu pindah dari London ke Seoul, dan 1 kelas dengan adikku, Sooyoung.

Dia ini putri pengusaha terbesar di London. dengan parasnya yang cantik dan tubuhnya yang sempurna, membuat semua namja menyukainya. Kecuali aku.

“Jangan sombong kau, Im Yoona!” seruku. Dia tertawa meremehkanku. “Sombong? Sedang membicarakan dirimu sendiri, Choi Siwon? Aku jelas lebih baik darimu!” ucapnya. Oke, aku lupa memberitahu sesuatu. Dia ini, juga sombong! Hm, mungkin sama sepertiku.

“Mimpi dari mana kau lebih baik dariku? Cih!” balasku. “Jangan belagu. Kau ini hanya orang yang tidak bisa apa-apa, hanya bergantung pada orangtua” katanya. Oke, aku mulai panas sekarang. “Jangan sembarangan bicara! Memangnya kau sendiri tidak? Hanya bayi manja yang masih dipakaikan popok oleh omma-nya saja bangga!” seruku.

Wajahnya memerah karena marah. “Kau….” Tapi, pertengkaran kami dipotong oleh 2 pahlawan sekolah ini, Sooyoung dan namja chingunya, Onew yang selalu berhasil menangani keributan apapun. “Lebih baik kalian hentikan tingkah kekanak-kanakan kalian dan masuk kelas.” ucap Onew. “Daaaan… Siwon oppa! Aku tidak mau melihat yeoja lain yang menangis LAGI karena tingkahmu” kata adikku.

Aku memang selalu menurut pada adikku. “Nde, sooyoung” jawabku, langsung menurut. “Aku salah. Kau bukan bergantung pada orangtuamu, tapi pada adikmu. Dan itu lebih parah” ujar Yoona. Aku langsung menatapnya tajam. “Sudahlah, yoona. Hentikan!” ucap Sooyoung, membungkam Yoona.

Akhirnya, kami dengan angkuh menuju ke kelas masing-masing. Baru kali ini aku berbicara dengannya. Karena, hari-hari sebelumnya, kami jarang sekali bertemu.

BRUKK! Seseorang menabrakku lagi. Hei! Apa hari ini itu hari menabrak Siwon sedunia? “YA!! Dasar orang miskin! Apa kau buta, hah?” seruku, yang memang sedang panas, ditambah lagi dengan orang satu ini. Rupanya, dia anak kelas 1. Sial! Junior saja sudah berani macam-macam!

Aku masuk ke kelas dengan marah-marah. Benar-benar hancur mood-ku hari ini! Dan ini semua gara-gara gadis sombong dan menyebalkan itu… Im Yoona!

KRIIING! Sampai pulang sekolah, mood-ku belum berubah juga. Bahkan sudah 2 yeoja yang menangis, gara-gara kuhina habis-habisan. Aku langsung keluar dari gerbang sekolah, tidak menunggu Sooyoung yang sedang dihukum gara-gara tidak mengerjakan PR bersama Kyuhyun, atau Minho yang sedang berduaan dengan Yuri.

Aku memasuki rumah dengan disertai omelanku pada pesuruh-pesuruhku. “Bagaimana sih? Dasar gembel!” omelanku terhenti, saat aku melihat ke ruang tamu. Disitu… ada orangtuaku! Seketika mood-ku langsung naik. Jarang sekali orangtuaku ada di rumah. Dua-duanya.

Sambil menampilkan wajah ceria dan tersenyum lebar, aku menghampiri mereka. “Omma! Appa!” sapaku. “Siwon-ah! Ayo duduk. Kita ada tamu” kata appa. Aku melihat, ada 3 orang lagi yang duduk berhadapan dengan orangtuaku. Salah satunya memakai seragam sekolahku. Tapi, aku tidak bisa melihat wajahnya karena dia duduk membelakangiku.

“Im-ssi, ini putra sulungku, penerus Choi company, Choi Siwon.” kata appa memperkenalkanku. “Annyeong hase…” kata-kataku terputus, melihat siapa orang yang memakai seragam sekolah yang sama denganku itu. “Si… siwon??” serunya terkejut. “Yoo… yoona??” seruku, tak kalah terkejut.

“Ah… kalian sudah saling kenal rupanya.” kata si tamu itu, yang kuduga pasti appa-nya Yoona. “Ngg… kami 1 sekolah, appa” jawab yoona. “kalau begitu, ini semua akan jadi lebih mudah” kata appa-nya Yoona.

“Apa yang akan jadi lebih mudah?” tanyaku curiga. Aku punya perasaan tidak enak dengan apa yang akan terjadi. “Nah, kalau begitu langsung saja. Choi Siwon, kau akan bertunangan dengan Im Yoona” kata appa-ku.

“MWOO??” seruku dan Yoona bersamaan. Aku sangat terkejut. Apa mereka semua sudah gila? Menjodohkanku dengan… dengannya! Ah, anni.. anni… ini tidak boleh terjadi!

“Tapi… tapi, appa tidak bisa seperti ini. Aku dan dia tidak saling mencintai. Bahkan kami saling membenci. Iya kan? Hei! Katakan sesuatu!” ucapku gusar pada Yoona, yang dari tadi hanya diam saja. “Yoona… kau sudah tidak bisa menolak” kata appa-nya. Yoona hanya menunduk dan mengangguk.

“Kau juga tidak bisa menolak, Siwon! Sekarang pergilah ke halaman belakang, mengobrollah dengan yoona untuk saling lebih mengetahui satu sama lain” perintah appa-ku dengan tegas. Aku hendak membantah, tapi akhirnya dengan gontai pergi ke halaman belakang melihat tatapan tajam orangtuaku. Sial! Kenapa jadi begini, sih?

“Hei! Kenapa kau tidak menolak tadi?” seruku marah padanya. Kami sedang duduk di halaman belakang rumahku, menatap hamparan biru jernih air kolam renang di rumahku. Dia hanya diam saja. Kuputuskan untuk mennegok ke arahnya dan…

Dia menangis! Aku bingung, kenapa dia sampai menangis.Padahal, aku kan hanya bertanya seperti itu padanya.

“Eeh… mianhae. kenapa kau malah menangis?” tanyaku bingung. Dia mengelap air matanya. “Ah.. gwenchana. Aku…” Dia mengurungkan niatnya untuk berbicara lebih jauh. Aish… kenapa aku jadi tidak tega melihatnya menangis? Padahal entah sudah berapa yeoja yang kubuat menangis karena kata-kata pedasku.

“Ceritakan saja. Kalau itu bisa membuatmu lebih tenang” kataku, bahkan diluar kemauanku sendiri. Dia menatapku kebingungan, tapi kemudian tersenyum sedih. Hm, dia lebih cantik saat tersenyum dengan bahagia, pikirku.

“Dulu… appa sempat menjodohkanku. Tapi, aku mati-matian menolak, karena aku mencintai orang lain. Aku bahkan kabur dari rumah. Akhirnya appa menyetujui, tapi dengan syarat kalau namja yang kupilih tidak baik, aku tidak boleh menolak lagi kalau dijodohkan. Aku sangat percaya padanya saat itu, tapi…” yoona menghela nafas, lalu melanjutkan

“Ternyata dia… hanya memanfaatkanku. Setelah mendapat hartaku, dia mencampakanku.” Yoona sudah tidak menahan tangisannya lagi sekarang. Semua air matanya tumaph keluar. “Jadi… aku…” Aku sudah tidak tahan. Aku merangkulnya, mengusap-usap kepalanya.

“Sudahlah. Yang berlalu biarkanlah berlalu. Namja itu memang sangat berengsek. Tak usah ingat dia lagi. Jalani saja yang ada sekarang” ucapku menenangkannya. “Kupikir… kau membenciku?” tanyanya sambil sesenggukan.

Aku mengusap air matanya. “Yah, kupikir begitu. Tapi, kurasa tidak. Kau tidak seburuk itu. Dan lagi…” aku menggantung kata-kataku. “Dan lagi?” tanyanya. Aku tersenyum. “Kau ini cantik kok” kataku tulus, membuatnya terseipu. Oh, wow! Baru kali ini aku memuji seseorang, apalagi orang itu sempat menjadi musuhku dan mengacaukan hariku.

“Apa kau membenciku?” tanyaku padanya. Dia menggeleng dengan kuat. “Bagus. Mengingat kita akan hidup berdampingan, entah apa jadinya kalau kita saling membenci” ucapku. “Kau… menyetujui perjodohan itu?” tanyanya kaget. Heh.. aku menyetujui perjodohan itu? “Hm, mungkin tidak ada salahnya. Yaah… kau tidak buruk-buruk amat kok.” ucapku.

Dia tersenyum melihatku. Ah, baru kusadari betapa cantik wajahnya itu! “Namja itu. Apa kau masih mencintainya?” tanyaku. Dia terdiam. “Molla. mungkin…” katanya. Aku menarik kepalanya ke bahuku, membuatnya menyender di pundakku. “Lupakanlah dia. Akan kubuat kau bahagia bersamaku” kataku, terlalu gugup untuk menatap matanya. Argh, kurasa aku sudah terjebak dalam pesonanya.

Dia mengangkat kepalanya dari pundakku. “Janji ya?” katanya, sambil mengecup pipiku, yang berhasil membuat seluruh wajahku memerah. “Tentu saja” ucapku.

——-

Adik-adikku begitu bersemangat, saat aku menceritakan kejadian tadi pada mereka. Terutama sooyoung, yang mengetahui bahwa hari itu juga, aku dan yoona bertengkar. “Tapi… kau tidak romantis ya hyung?” kata Minho. “nde. sangat tidak romantis” timpal sooyoung.

“Lalu.. aku harus bagaimana?” tanyaku polos. “Ah! Begini saja…” Minho dan Sooyoung membisikkan ide mereka padaku. Hm, bukan ide yang jelek!

——-

Inilah aku, Choi Siwon, berdiri di depan sekolah kesayanganku, sekolah terbaik di Seoul, Seoul School. Hari ini adalah hari yang baru untukku. Dan mungkin, hari yang baru untuk Choi bersaudara juga.

“Sooyoung! Minho! Kau siap?” tanyaku pada adik-adikku yang memberi tanda siap dari belakang. Aku berdiri di depan podium sekolah. Nah! Itu dia sudah datang! Aku jadi berdebar sendiri.

“Aku…” aku memulai kata-kataku, dengan mikrofon, suaraku terdengar ke seluruh penjuru sekolah, membuat semua orang memerhatikanku dan bertanya-tanya apa yang hendak kulakukan.

“Aku ingin mengatakan bahwa, Aku, Choi Siwon akan merubah sikapku. Mianhamnida pada semuanya. Pada semua yeoja yang telah kubuat mennagis. Terutama, pada Jaebum. Hey, jay! Kumohon, maafkan aku. Aku janji tidak akan menjelek-jelekan yeoja-mu, si Jessica dan adiknya, Krystal. Kalau perlu, aku akan memuja mereka setiap waktu, untuk mendapat restu darimu” kataku pada Jaebum. “Restu? Restu apa?” teriaknya padaku. Jaebum ini, adalah sepupunya Yoona. Jadi penting untuk membina hubungan baik dengannya, setelah sebelumnya kami berkelahi gara-gara aku menghina pacarnya.

“Restu untuk…” aku menggantung kata-kataku dan menengok ke belakang. “hey… 1,2,3” bisikku pada Sooyoung dan Minho.

PAATS! Semua lampu padam di koridor dan di seluruh bangunan sekolah. BLUSS! Seribu balon berbentuk hati berwarna pink diterbangkan ke langit bebas. Lalu… TRING! Sentuhan terakhirnya, Serangkaian lampu kelap-kelip menyala di gedung sekolahku, bertuliskan SARANGHAE IM YOONA.

“Yoona-ah… will you engage me?” tanyaku, membawa mikrofon dan berlutut di hadapannya. Yaah… kata-kata seharusnya memang will you marry me, tapi, karena kita baru akan bertunangan, jadi kuganti kata-katanya.

“Kalau kau mau, ambillah mikrofon ini, dan katakan kalau kau bersedia. Tapi, kalau kau menolak, buang saja mikrofon ini” kataku padanya, sambil memejamkan mataku, tetap berlutut di hadapannya. Sejenak hening… tidak ada yang bersuara atau bergerak.

Dia mengambil mikrofon dari tanganku. Hatiku berdebar-debar. Entah apa yang ada dalam dirinya, yang bisa membuatku menyukai ah anni… mencintainya dalam kurun waktu 1 hari.

BRAK! Dia membanting mikrofon itu ke tanah. Aku bersumpah saat itu jantungku berhenti berdetak seiring dengan mikrofon itu yang menyentuh tanah. Pupus sudah harapanku.

Aku sudah hendak bangkit… saat kurasakan bibir yang lembut menempel di bibirku. Aku terkejut, membuka mata dan kulihat wajah Yoona, menempel tepat di depan wajahku. Aku membalas ciumannya. Hm, seingatku tadi aku tidak memberikan pilihan ‘ciuman’.

“Jadi… apa artinya itu?” tanyaku padanya. Dia tersenyum padaku. “Artinya… aku tidak akan bertunangan denganmu, Choi Siwon. Aku akan MENIKAH denganmu” katanya. Aku tersenyum bahagia dan memeluknya. Cklik! Cklik! Adik-adikku mengabadikan momen itu. Semua persiapan yang sudah kupersiapkan, semalaman, sampai aku tidak tidur, rasanya semuanya terbayar dengan pantas.

“Hei… siapa bilang aku merestui kalian?” kata Jaebum, mengagetkan kami. “Oppa!” rengek Yoona. Aku terdiam. AKu berlutut di hadapannya, dan bahkan dihadapan Jessica dan Krystal. “Maafkan aku. Kumohon. Akan kulakukan apapun.. supaya kalian memaafkanku” kataku, dan melakukan hal yang paling hina yang pernah kupikirkan. Bersujud memohon di hadapan mereka.

“Hei, bodoh!” ucap Jaebum, menarikku berdiri. “Tentu aku merestuimu, asal…” katanya. “Asal apa?” tanyaku dan yoona. “Ckck. Kalian ini harus membayar kesombongan kalian tau!” seru Jaebum sambil tersenyum licik.

——-

“Nah, mau kubelikan minum apa NYONYA?” tanyaku pada Jessica. “Capucinno, kamsahamnida” katanya sambil tersenyum. “Ada lagi yang bisa kubantu, NYONYA?” tanya Yoona, pada Krystal. “Ah, annio onnie” katanya.

Aku dan Yoona harus menjadi ‘pelayan’ Jessica dan Krystal selama 1 minggu. Kini, aku menyadari, kesombongan itu tidak perlu, karena ternyata, walaupun miskin, Krystal dan Jessica dan murid-murid lain yang kuhina itu teman yang baik, pengertian, dan juga berbakat.

Walaupun menjadi pelayan seperti ini, kami melakukannya dengan senang. Selama kami terus bersama, tidak sabar menunggu minggu depan, saat pertunangan kami dilaksanakan. Kalau sempat, datang ya! Kekeke ^^

 

don’t forget your comments guys…~ and… abis ini author bakal bikin oneshoot-nya taeyeon-leeteuk yg gak diceritain sama sekali di Friendship Remedy, baru abis itu lanjutin yang Melodies of Life. Support me please >.<